Dari jauh
aku melihatnya, namun tidak begitu jelas. Aku berusaha mendekatinya dan dengan
hati-hati mengamatinya. Dari ujung rambutnya, turun ke wajahnya, pinggulnya,
sampai ke ujung kakinya. Indah dan sungguh sempurna. Sejenak aku tersenyum dan
kepalaku sudah mulai memainkan peranya. Pertanyaan seakan keluar seiring
keinginan hati tuk selalu berada dekat dengannya. “Kira-kira dia mau nggak,
jadi temanku? Yah.. terkesan lebai, tetapi itulah kenyataannya. Bukan tidak
mungkin ia akan menerimaku menjadi temannya. Syukur kalau lebih dari itu. Aku pun
mencoba tersenyum padanya, sebuah senyuman yang betul-betul disiapkan biar
kelihatan seksi dan manis di matanya. Senyum dibalas dengan senyum itulah yang
terjadi. Dia begitu cantik, senyumnya menggoda dan syarat makna. Baru kali ini
aku merasakan sesuatu di kedalaman jiwaku. Rasa yang selama ini tidak pernah
aku rasakan. Namun sayangnya, pertemuan kami hanya sesaat, aku belum sempat
berbicara dengannya.
Sungguh hatiku
berbunga-bunga saat pertama menjumpainya. Walaupun singkat dan hanya sesaat,
kesan pertamanya kuat terikat dibenakku. Hari-hariku dihiasai oleh bayangannya.
Bahkan sebelum tidur pun aku berdoa kepada sang Kuasa agar aku bisa melihat
wajahnya dan kembali bertemu walaupun hanya dalam mimpi. Hidupku yang dulu
redup, seakan kembali bersinar. Hanya karena wajah itu. Aku pun belum tahu
siapa dia tetapi paling tidak perjumpaan dengannya membuat aku kembali
bergairah menikmati hidup. Kali ini aku kembali menorehkan sebuah cerita
bermakna pada buku diaryku. Bahkan di sana aku menulis. “Bersama wajahnya aku
bahagia, dan apakah ini tanda bahwa aku lagi jatuh cinta?” Di senja hari aku pun mengaja langit
berbicara dan malam hari meminta rembulan merestui keinginanku. Keinginan terbesar
dalam hatiku, bertemu dan kembali tersenyum dengan wajah itu.
Saatnya aku
berada pada tempat yang sama, dan pada tempat yang sama wajah itu ada. Kesempatan
bagiku untuk kembali mendekatinya. Kali ini aku tidak hanya tersenyum, sebuah
kata manis kulemparkan padanya. Sepertinya tidak sia-sia. Ia menjawabku. Jawaban
itu semakin menghantarku pada rasa keingintahuanku tentangnya. Aku berbicara
banyak hal padanya dan dia pun begitu. Tidak terasa sudah 1 jam kami berbicara
sambil melempar senyum terbaik kami. Rasanya seperti di awan, berdampingan
dengan bidadari cantik. Dia orangnya asik, sopan, dan cantik. Aku ragu ketika
pikiranku mulai berorentasi pada niat untuk mengungkapakan isi hatiku. “Apakah
bisa?”.
“Aku mau kok
jadi kekasihmu.” Tiba-tiba mataku berbinar-binar, jantungku berpacu dengan
waktu. Aku tidak menyangka kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Aku bahagia.
Aku merasa, akulah pria paling beruntung di dunia ini. Aku kembali menatapnya,
kali ini aku serius menatapnya. Aku pegang tangannya, aku menemukan ada cinta
di matanya, aku harap dialah yang terbaik untukku. Dengan suaraku yang paling
lembut aku berkata, “ Sayang, terima kasih kamu telah menerimaku menjadi
pacarmu. I love You So Much. Aku berharap kita akan selalu berdampingan tuk
memandang dunia dan saling berbagi kasih.
Akhirnya,
aku menjadi kekasihnya. Aku akan menjadi pangeran yang selalu siap menjaga sang
putri, melindunginya, dan menjadi yang terbaik baginya. Kan kertahankan cinta
ini dan berharap sang Kuasa selalu hadir dalam perjalanan cinta kami. With
Love.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar