Kemarin aku
menangis menatap dunia dan liku-liku hidupku. Aku bercerita pada dunia tentang
kisah dan cerita cintaku. Namun, dunia tak mendengarkanku. Lalu pada samudera
raya aku mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Ketika senja hari, aku mencari
mentari di tepian pantai, namun aku tidak menemukannya karena begitu cepat
mentari tertelan lautan. Aku mencoba berteriak pada ombak, namun percuma, suara
kecilku kadang ditenggelamkan oleh deburan ombak, suaraku seakan terseret dan
terbentur pada karang-karang lautan. Sesaat aku terdiam, berdiri sendiri di
tepi garis pantai. Aku gak kuat dan seketika tubuhku terhempas pada pasir putih
yang halus dan lembut. Aku menggigil kedinginan berharap ada kehangatan. Namun,
ombak laut berlari menghampiriku, menyelimutiku dan bahkan mau membawaku ke
tengah lautan.
Dalam
kebisuan senja, aku pun berusaha bangkit setelah aku terhempas. Aku melangkah
sepanjang jalur tepian pantai. Tak ada yang harus kusapa, tak ada yang harus kujumpa. Hanya jiwa terus
merana dalam ketidakpastian cinta. Sebentar lagi senja akan berganti malam, aku
berjanji aku tak kembali kepadanya, kepada dia yang aku cintai, walau hati ini
merindukannya. Aku mau di sini, menyapa malam dan rembulan yang sebentar lagi
menghiasi langit malam. Aku akan berbagi pengalaman dengannya dan berharap
sinarnya mampu membuat jiwaku teduh dan tegar. Di sini sangatlah sepi, hanya
binatang malam yang mulai bersuara. Mereka bernyanyi, bercanda, dan tertawa,
seakan-akan malam ini adalah milik mereka. Mereka tidak tahu apa yang aku
alami. Andai mereka tahu, akankah mereka bernyanyi untuk ku? Tetapi sama saja
mereka tidak akan peduli denganku.
Akhirnya malam
pun tiba. Kurebahkan tubuhku di atas pasir pantai, sambil kupandang rembulan
malam yang bercahaya di langit malam. Aku berteriak pada rembulan namun pada
saat yang sama, sepotong awan menutup pandanganku, aku tidak bisa melihatnya
lagi. Aku kehilangannya. Wahai bintang-bintang di pekat malam hatiku lagi
sakit, aku algi dikhianati. Oh malangnya aku. Tapi aku masih mencintainya. Izinkanlah
aku mendekapnya dengan tangan gemetar karena haru dan dada berdebar karena bahagia
dan bukan karena kekecewaanku. Sungguh aku ingin mendekapnya karena tak mampu
kulukiskan betapa ingin aku berbagi hidup dengannya. Aku tak punya bahasa lain
tuk berbicara tulus bahwa aku masih mencintainya dan sayang padanya. Tak terasa
tetesan air mataku membasahi pipiku. Sungguh aku merasakan kesepian yang dalam.
Kesepian yang membuat aku membenci kata cinta. Lalu mengapa aku merasakan
getaran cinta daalam hatiku? Orang pernah berkata cinta adalah kekuatan yang
menyembuhkan jiwa dan menghibur hati. Namun kataku tidak! Cinta itu
menyakitkan, cinta membuat hatiku hancur berkeping-keping bahkan menjadi
butiran debu yang terbang terbawa angin. Aku tak mau mendengar kata cinta lagi.
Saatnya aku mencari seseorang yang mau mendengar keluh kesahku. Seseorang yang
mengerti aku. Tapi siapa? Aku tak tahan
lagi dengan semua ini. Aku pun kembali merebahkan tubuhku di atas pasir pantai.
Kucoba pejamkan mata sementara belaian angin malam menghantarku menuju harapan
akan mimpi-mimpi indah.
Fajar pagi
kembali merekah, perlahan-lahan muncul di balik lautan, sementara embun pagi
seakan menari menyambut sang mentari. Aku pun terjaga dari tidurku dan melihat
dunia bermandikan cahaya. Laut begitu tenang dan burung-burung menebarkan
sayapnya melintasi awan putih yang bersih dan putih. Tiba-tiba di kejauhan aku
melihat bayangan putih bersayap, wajahnya bercahaya. Perlahan aku mendekatinya.
Aku tidak tahu apakah dia malaikat yang mengerti soal cinta. Namun aku
mendengar Ia bebicara,” Cinta adalah keadaan yang mencemburukan namun tidak
mengenal dengki dan kejahatan. Cinta hanyalah empati dan kerinduan utnuk
menjadi lebih besar dari dirinya sendiri. Kamu sedang mengalami cinta, karena
cinta itu pula kamu mengalami kekecewaan bahkan sakit hati. Tetapi ingat
janganlah kamu membenci sebuah kata cinta. Ketahuilah bahwa dengan cinta kamu
akan mengenal siapa dirimu, dengan cinta kamu akan merasa lebih besar di antara
sesamamu dan dengan cinta, sakit hati akan disembuhkan. Masuklah ke dalam
batinmu pahamilah apa arti sebuah cinta bagimu. Temuilah kekasih jiwamu
janganlah kamu merasa disakiti dan cintailah dia lebih dalam lagi. Pergilah dan
duduklah berdampingan dengannya dan lihatlah apa yang menjadi cita-cita kalian.”
Sejenak aku
terdiam dan merasakan sesuatu mengalir dalam jiwaku. Kata-kata yang baru
kudengar seakan menggerakan jiwaku dan terasa sejuk bersenandung di kedalaman
jiwa. Lalu, aku pun bangkit dan berteriak kepada semua penghuni pantai dan
lautan,”wahai kalian saudaraku dengarlah, saatnya aku kembali menemui dia sang
kekasih hati dan mengatakan padanya, AKU MAU MENCINTAIMU SEDALAM LAUTAN DAN
MEMBAWAMU TERBANG SETINGGI ANGKASA!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar